Korean Life Part 2

hal-hal yang terjadi di Korea:

*Mama mengirimkan makanan dari Indonesia (teri, kentang, abon) dan setelah itu kapok karena harga paketnya ga lebih mahal dari ongkos kirimnya.

*Saya merasa jobless, jadi kuliah pulang-kuliah pulang. Mau ikut organisasi tapi ga bisa bahasa Korea. Semester depan: target Taekwondo Club.

*Ternyata di sini ada juga senat mahasiswa, dan organisasi kemahasiswaan lain, tapi tak seheboh di UI.


*Saya hanya bisa makan ikan, seafood atau telor (no meat). Untuk yang mau diet, cocok tinggal di Korea.

*Pergi ke Seoul sendiri. Nekat. Padahal kalo di Indonesia, Bandung-Jakarta aja ga berani sendirian.

*Pertama kali naik subway, beli tiket lewat mesin. Norak. Keretanya mirip sama KRL ekonomi AC . (atau emang sama ya?!)

*Di stasiun, berkali-kali ditegur karena berdiri di sebelah kanan waktu naik eskalator. Padahal di sebelah kanan hanya jalur untuk mendahului *kayak jalan tol.

*Kalo dulu di asrama ada diskusi pasca kampus. Di Seoul saya menyaksikan kehidupan pasca-kampus (baca: istri-istri yang ikut suaminya kuliah di luar negeri). Subhanallah, berjuang melahirkan dan mendidik anaknya di negeri minoritas muslim.

*Soul ga beda jauh sama Jakarta, banyak sampah dan crowded. Tapi setidaknya orang-orangnya masih lebih tertib.

*Saya dan teman-teman Filipin selalu bangga menunjukkan bahwa kami dari South East Asia. hahaha...

*Ternyata bahasa Indonesia dan Filipin (dialek lain selain tagalog), punya banyak kesamaan (misalnya tumpah, aku), bahkan beberapa sama kaya bahasa Jawa kayak pitu, wolu. Unik

*Kalo kelas udah membosankan, saya hobi mencari kata-kata dari bahasa Indonesia yang sama dengan teman-teman Filipin.

*Harga makanan di Korea sama dengan di Indonesia, bedanya satu pake rupiah dan satu pake won. Dan 1 won sekitar 9 rupiah. Artinya untuk sekali makan, saya harus mengeluarkan uang sekitar 45ribu rupiah. -____________-"

*Di sini kalo mau beli hape, ribet setengah mati. Harus pake alien card (macam KTP), biasanya 1 orang hanya boleh sekali mendaftar di 1 provider. Nomor imei hape juga harus di daftarkan. Makanya males juga kalo yang mau maling hape.

*Pertama kalinya, menyaksikan terjadinya peristiwa bunuh diri yang dekat dengan kehidupan. Ternyata kecukupan materi aja ga menjamin kepuasan hidup. Maka bersyukurlah.

*Tekanan hidup di sini besar dan tingkat stres pun tinggi. Jadi mungkin aja hanya gara2 ujian, orang akan bunuh diri. (Heuh, kalo cuma gara2 ujian, entah berapa kali saya udah bunuh diri). Tapi makna hidup ga sedangkal itu sih!

-to be continued

Comments