Guidance fo Children's Health and Nutrition (1)

I'll be a wife and mother first, then First Lady.
-Jacqueline Kennedy Onassis


When you are a mother, you are never really alone in your thoughts. A mother always has to think twice, once for herself and once for her child.
- Sophia Loren  

Cukup untuk satu alasan aneh, yap, I just want to be a good mother for my children, I decide to take this kind of subject (Guidance for Children's Health and Nutrition).

*Rangkuman Materi Kuliah*

Children's Health

Pada abad ke-19, definisi sehat menurut WHO adalah kondisi di mana kita hidup tanpa adanya suatu penyakit. Pada tahun 2004, sehat tak lagi hanya sekedar hidup tanpa penyakit tapi kondisi di mana kita sehat secara fisik, mental, sosial dan spiritual (well-being). Maka yang menjadi concern bukan lagi soal kondisi fisik seseorang, melainkan "well-being life". Pada akhirnya ada 4 sumber yang dibutuhkan untuk "well-being life" yaitu sehat secara fisik, psikologis, sosial dan spiritual.

Kondisi tersebut pun tentunya berlaku bagi anak-anak. Justru di masa pertumbuhan emasnya, keempat faktor tersebut harus tetap dijaga secara maksimal agar mereka bisa tumbuh dengan baik.

Act Well--Eat Well--Sleep Well

Ada tiga pola yang harus dipenuhi agar anak-anak tetap sehat, yaitu pola makan yang baik, serta aktivitas dan tidur yang cukup. Pola tersebut akan sangan membantu anak-anak dalam meningkatkan rasa percaya diri (self-esteem) serta kemampuan sosial dan emosinya.


Korea vs Indonesia

Setiap negara tentu memiliki masalah kesehatan yang berbeda, tak terkecuali soal kesehatan anak-anak. Meski Korea hanya unggul 2 hari saja soal kemerdekaan, tapi perlu diakui bahwa Indonesia tertinggal cukup jauh dari Korea. Masalah kesehatan anak yang seringkali terjadi di Korea bukan lagi soal malnutrisi. Pemerintah Korea sangat concern terhadap kesehatan anak-anak. Mereka menggelontorkan budget yang cukup banyak demi kesejahteraan anak-anak di Korea.

"Pemerintah Korea menyediakan kira-kira satu milyar (sekitar 794.327.624 dollars) untuk childcare. Dan 90% biaya untuk bayi-balita ditanggung oleh pemerintah hingga tahun 2007."

Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya orinijib  (Child Care Center) yang dibiayai pemerintah Korea. Tercatat ada 9867 Child Care Center. Dalam upaya peningkatan kualitas Child Care Center, pemerintah Korea menetapkan standard untuk akreditasi Child Care Center serta sertifikasi bagi staff yang bekerja di sana. Jika tidak, pemerintah tidak akan memberi suplai dana bagi Child Care Center yang mereka dirikan.

Meski masalah yang ada di Korea tidak sepelik di Indonesia tapi mengirim anak ke Child Care Center nyatanya juga bukan hal yang sepenuhnya benar. Banyak kasus kekerasan pada anak-anak yang terjadi di Child Care Center karena anak-anak menghabiskan lebih dari separuh harinya di sana, sementara orang tua sibuk bekerja. Mereka tidak mengetahui bagaimana kondisi sang anak ketika bekerja. Tahun 2005, dalam sebuah inspeksi, sebuah Child Care Center di Seoul tertangkap basah memberi makan pada anak-anak dengan bahan makanan yang sudah expired. Kasus itu berakhir dengan pencabutan sertifikat bagi sang direktur dan tentunya penutupan tempat tersebut.

Kasus lain juga terjadi pada tahun 2009 di sebuah Child Care Center di Incheon. Di sana, dari sebuah CCTV yang dipasang oleh sebuah TV Program (SOS di channel SBS) diketahui bahwa sang direktur kerap memukul sang anak dengan gulungan kertas koran saat anak-anak tersebut menangis. Mereka bahkan meneriaki anak-anak ketika anak-anak bermain sambil berlari-lari. Tak hanya itu, mereka menyuapi 30 orang anak dengan sendok yang sama padahal jelas sekali, anak-anak belum memiliki sistem imun yang cukup baik. Jika satu anak terserang penyakit, maka dengan sangat mudah, ia akan menularkannya pada yang lain. Yang paling parah, saat seorang anak harus minum obat, sang direktur menindih perutnya dan memaksa anak itu meminum obat. 

Sesuatu yang saat mengenaskan bukan? Seharusnya anak-anak mendapatkan perlakuan spesial di masa pertumbuhan itu. Basic-nya mereka membutuhkan secure base untuk pada akhirnya membangun kepercayaan dan hubungan sosial yang baik hingga mereka dewasa nanti. Intinya apa yang mereka dapatkan di masa anak-anaknya akan mempengaruhi mental sang anak hingga sepanjang hidupnya.



Lain halnya dengan Indonesia, jika ise kesehatan anak yang berkembang di Korea adalah soal obesitas dan pengelolaan Child Care Center, maka Indonesia bahkan masih bergelut dengan kemiskinan. Begitu banyak anak-anak yang malnutrisi dan kurang meratanya fasilitas kesehatan di tanah air. Tidak bisa dibandingkan memang, karena Korea sudah stabil secara ekonomi. Tapi at least, banyak ilmu yang pada akhirnya bisa diambil dan semoga bermanfaat bagi anak-anak Indonesia kelak. *We will talk about it later.


Kurikulum Pendidikan Kesehatan

Concern pemerintah Korea pada anak-anak salah satunya ditunjukkan pula pada dibuatnya kurikulum pendidikan kesehatan yang menjadi standar baku bagi pendidikan kesehatan pada anak-anak sejak dini terutama diberbagai Child Care Center. 
Korean Standard Curriculum for Child Care- Birth to Five (Korean Ministry of Women and Family, 2007)



Keenam hal tersebut adalah standar minimal yang harus dipenuhi bagi anak-anak. Standar tersebut kembali di breakdown dalam beberapa aspek misalnya untuk basic life, kita harus memperhatikan beberapa aspek seperti kebersihan dan sanitasi, nutrisi dan eating habit, healthy daily life habit dan mental health. Orang tua, Early Head Start (EHS) atau Head Start (HS) staff serta orang tua harus dapat memenuhi semua hal tersebut agar perkembangan anak bisa maksimal.

Bahkan khusus untuk anak usia 5 tahun, Korean Ministry of Women and Family baru-baru ini (5 September 2011) mengeluarkan sebuah kurikulum baru untuk pendidikan kesehatan khusus anak 5 tahun yaitu dengan menambahkan "get dress for oneself", dan "recognize your own body". Artinya anak-anak harusnya dibiarkan belajar memakai pakaian sendiri untuk melatih kognitif mereka. Sedangkan "recognize your own body" maksudnya adalah anak-anak harus mulai mengenal bagian-bagian tubuhnya, hal ini berguna untuk mengurangi dampak dari sexual abuse yang mungkin terjadi pada anak-anak (sex education).


Dari materi-materi tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa mendidik anak-anak bukan hal yang mudah. Sebagai seorang perempuan khususnya ibu, berhati-hati lah dalam bersikap karena apa yang dirasakan anak-anak sekarang akan berpengaruh bagi keseluruhan hidupnya. Anak-anak juga suka sekali mengimitasi maka jadilah role model yang baik bagi anak-anak. Hehe... Semoga bermanfaat :")

Comments