-about us-


Satu tahun lalu, ada yang malu-malu membawa boneka kucing besar -- yang belakangan saya panggil Piku, dan sepotong pizza, membawa saya ke taman dekat perpustakaan lalu berkata serius, "Umur saya tahun ini sudah 26 tahun, saya mau serius... Untuk ke depannya, kita bisa bicarakan pelan-pelan dengan orang tua kita masing-masing, kamu mau?"

Saya tidak ingat persis kata-katanya, yang saya ingat, saya gugup, jantung saya berdetak lebih cepat, lalu seperti terhipnotis, saya jawab "iya".

Tidak terlalu banyak masalah setelahnya, kecuali beberapa teman yang memaksa kami segera menikah. To be honest, itu juga yang kami inginkan. Tapi kami sama-sama punya janji yang belum selesai pada orang tua kami. Saya harus lulus. Itu janji saya. Selama itu juga, orang tua saya tidak akan meridhoi saya menikah terlebih dahulu. Dan dia. Dia janji membuatkan sebuah rumah untuk orang tuanya. 

Kenapa harus dia orangnya? Sederhana. Karena saya tidak ragu saat mengatakan iya, dan sampai saat ini pun saya tidak pernah ragu.

Januari 2013

Saya menerima telpon dan dari nada suaranya, saya tahu, dia sangat senang. Finally he got what he wanted. Saya tahu, bekerja di lapangan adalah satu dari deretan cita-citanya. Jadi meskipun berat, saya belajar memahami dan saya ada, salah satunya, untuk mendukung apa yang menjadi cita-citanya, vice versa.

Malam itu, di ruang tamu, saya, dia, ayah dan ibu saya. Saya gugup. Saya memilih diam sambil bermain handphone. Saya juga tahu, dia lebih gugup. Cara bicaranya lebih cepat dari biasanya. Saya tidak tahu bagaimana alur pembicaraan saat itu akhirnya membawa dia untuk serius 'meminta' saya. Saya makin gugup.

Februari 2013

Sehari setelah wisuda, dia berangkat ke Myanmar. To be honest, saya merasa sangat berat, beradaptasi dengan hidup pasca kampus dan kondisi di mana dia tidak ada secara fisik di Indonesia. Belum lagi tempat kerjanya di tengah laut, membuat komunikasi kami menjadi sangat bermasalah. Bahkan entah berapa kali, dia tidak ada di saat saya harus mengambil keputusan-keputusan penting menyangkut hidup saya. Berapa kali juga kami bertengkar karena saya menerima pekerjaan di Balikpapan dan harus berangkat sebelum dia pulang.

Paginya, setelah malam itu berdebat, dia menelpon, 'Tahan ke Balikpapan sampai tanggal 24 Maret, tanggal 22 Maret, setelah aku pulang kita lamaran'

22 Maret 2013

Saya cukup kaget, sepulangnya ke rumah, saya melihat keluarga saya berkumpul, ayah saya mengundang adik-adiknya untuk datang. Saya gugup (lagi). Berkali-kali berganti baju. Akhirnya saya memilih kaos ungu dengan sweater ungu. Entah berapa kali saya berkaca malam itu. Memastikan tidak ada yang aneh. Lalu saya melihat dia datang, bersama orang tua, adik dan seorang juru bicaranya. Dia rapih dengan batik ungu dan sepatu pantofelnya. Kami sesekali saling bertatap sambil tersenyum. Finally the day is coming, he proposes me officially. Smoga Allah mempermudah segala rencana kita, Dedi Laksono....

Balikpapan
20 April 2013

Comments

Nurul Aulia said…
mba citraaa... barakalloh yaa, semoga dimudahkan, dilancarkan hingga ke pelaminan :)
Citra Amaliyah said…
Hehehe... Amiin, makasih ya dek :D