Interview (*nasib para job seeker)

Yah, untuk men-trigger saya memposting tulisan lain yang lebih berbobot, mungkin boleh lah saya mulai dari tulisan yang nggak penting dulu. Saat ini, sekarang juga, saya baru saja selesai interview kerja dengan salah satu perusahaan di Jakarta. Ini adalah interview kedua pasca 3 bulan menjadi pengangguran, not exact pengangguran sih, cucian sama setrikaan di rumah selalu ada. Hehe... Tapi ini interview yang kesekian dalam hidup saya, sebelumnya ada interview beasiswa, program pertukaran, masuk organisasi, kerja di kampus, jadi asdos dan lain-lain.

Daan, infonya adalah saya selalu bingung ketika ditanya, "Gimana interviewnya?". Well, menurut saya, interview yang saya lewati selalu lancar, meskipun saya juga nggak ngerti jawaban saya bener atau nggak ya, karena meyoritas yang ditanyakan selalu lebih kepada apa yang kita tahu, apa yang sudah kita kerjakan, dan apa ekspektasi kita. Nah kan, nggak ada jawaban yang salah. Masalahnya cuma apa yang ada dalam diri kita ini memenuhi ekspektasi user apa nggak sih.

Interview beasiswa paling sadis yang pernah saya jalani itu adalah waktu apply program exchange ke Amerika, sadis deh. Saya lupa nama beasiswanya, tapi di sana ditanya peran major saya untuk masyarakat itu apa. Nah, jelasin pake Bahasa Indonesia aja bingung, apalagi pake Bahasa Inggris. Ditambah lagi, dulu masih cupu-cupunya di tingkat dua kuliah.

Kalau interview kerja paling sadis, itu waktu interview Total E&P Indonesie. Waktu itu saya baru saja lulus satu bulan, lalu dipanggil untuk interview. Jangan ditanya, pake Bahasa Inggris juga plus pertanyaannya soal teknis bener. Kayak misalnya resource apa yang dibutuhkan untuk Emergency Response Plan, disuruh analisis main hazard di sana plus penanggulangannya, ditanya soal system shutdown, ditanya soal operasional di lapangan. Dan itu adalah interview di mana jawaban-jawaban saya sangat polos (*atau bodoh) dan apa adanya. Pokoknya pasrah bener deh. Anehnya, justru saya diterima di sana, mungkin karena nggak minta gaji gede-gede kali yak. Haha...

Untuk interview kali ini, saya sih ngerasa pertanyaannya nggak sesulit wawancara sebelumnya sih. Anw yaa, beberapa orang bertanya kenapa saya resign dari Total, jawabannya adalah karena saya mau memenuhi kewajiban utama saya sebagai istri karena jarak antara Jakarta-Balikpapan itu ganggu bangeeeet. Tujuan utama kita hidup salah satunya tentu nyari ridho suami dong (*ceilaah). Oke, balik ke topik, ini wawancara nggak susah sih, tapi kabarnya, sudah ada 1 orang shortlisted dari kandidat yang diwawancara sebelumnya di mana kandidat tersebut berasal dari internal tim. Tantangan banget nih, gimana justru kita bisa membuktikan bahwa mereka butuh point of view lain yang nggak didapet dari orang dalem. Sisanya saya cuma cuap-cuap cerita tentang program-program yang saya kembangkan dan saya susun di tempat kerja sebelumnya. Doakaan, smoga ini memang rejeki saya. Aamiin. Hehe...

Oiya, saya merasa semakin matang sih dalam setiap wawancara (contoh: mulai nggak cengengesan kalo ditanya), mulai lebih pede. Ini semua setelah di coach suami yang super duper pede di setiap kesempatan. Tapi saya belum bisa menghilangkan kepolosan saya kalau ditanya (saya nggak bisa pura-pura ngerti kalo emang nggak ngerti, nggak bisa jual diri dan minta gaji gede --> ini paling sebel). Hahaha... Over all sih, kerja kali ini tujuannya nggak semata-mata cari uang tapi lebih kepada self development.

Saran ya kalo mau interview:
1. Pakai baju rapih, plus pakai baju favorit. Kalo pake baju favorit buat saya bisa meningkatkan self confidence kita dan membuat kita nyaman.
2. Datang sebelum waktu interview. Dari sana bisa terlihat sejauh mana kesungguhan kita mau join perusahaan tersebut, plus curi-curi info mengenai kandidat-kandidat lainnya dan hal-hal apa aja yang ditanyakan saat interview. Lumayan bisa googling dulu. Bisa tuker nomer HP juga sama kandidat lainnya, siapa tau ada info lowongan lain kalo nggak diterima.
3. Jawab pertanyaan sebisa mungkin tapi jangan sotoy. Bisa jadi ini merupakan pancingan untuk pertanyaan-pertanyaan selanjutnya. Nah kan kalo dari awal udah sotoy terus salah, malah bikin malu.
4. Terlihat sefamiliar mungkin dengan perusahaan tersebut, kalo punya temen di sana, cari info sebanyak-banyaknya tentang sistem atau lingkup pekerjaan di perusahaan tersebut. Atau bisa juga googling.
5. Usahakan setenang mungkin, ini susah banget, tapi coba cairkan suasana dengan melempar joke, karena kalo nervous pasti apa yang sudah kita pelajari hilang menguap begitu sajaa.
6. Berdoa, minta doa sebanyak-banyaknya, minta restu suami, ortu, mertua, temen-temen, dll.
7. Kalo nggak diterima jangan sedih, percaya bahwa ada tempat lain yang lebih bagus menanti kita.

Oke, baiklah, sekian cerita nggak penting hari ini. Buat para job seeker lain, semangat yaa! 

Comments