Nice Home Work #3 IIP

Kali ini saya mau bercerita sekaligus mendokumentasikan tugas IIP (Nice Home Work #3). Sebenarnya tugas ini disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu (ada yang Pra Nikah, Nikah dan Single Parent). Akan tetapi, saya hanya akan menuliskan tugas yang sesuai dengan status saya saja yaa yang sudah menikah.

Membangun Peradaban dari dalam Rumah
Tugas bagi yang sudah berkeluarga dan dikaruniai satu tim yang utuh sampai hari ini adalah:
Q: Jatuh cintalah kembali kepada suami anda, buatlah surat cinta yang menjadikan anda memiliki "alasan kuat" bahwa dia layak menjadi ayah bagi anak-anak anda.Berikan kepadanya dan lihatlah respon dari suami.
A: Ini sebenarnya hal yang membuat saya agak lama mengerjakan tugas. Suami bukan tipikal yang akan “berbunga-bunga” jika diberi surat cinta. Sebelumnya pun saya pernah menulis surat ucapan di ulang tahunnya, responnya hanya senyum dan bilang terimakasih. Tapi efeknya ga hilang sampai sekarang, tiap saya sedang kesal atau komplain ada hal yang ga saya suka, dia selalu mengungkit isi surat-surat saya yang memuji-muji dia. Ahaha… Memang jadi senjata meredam emosi juga sih. Mungkin karena itu, saya susah marah berlama-lama sama suami.



Q: Lihatlah anak-anak anda, tuliskan potensi kekuatan diri mereka masing-masing.
A: Kalau dicocokkan dengan checklist indikator perkembangan anak usia 3-4 tahun, ada beberapa hal yang sepertinya masih perlu dikembangkan tapi mayoritas sudah sesuai bahkan melebihi ekspektasi. Ada beberapa hal sih yang saya rasakan setiap hari saat membersamai Gaza (3 tahun) :
a. Kemampuan berbahasa dan bicara
Gaza mulai berbicara di usia 10 bulan. Di usia 1 tahun, pengucapannya sudah cukup jelas. Di usia 2 tahun, sudah cukup mudah mengajarkannya kata yang sulit diucapkan dan alhamdulillah cukup mudah juga mengajari Gaza bahasa lain selain bahasa ibu. Dia juga suka sekali membaca buku dan bercerita.
b. Kritis
Dia selalu bertanya tentang apa yang baru dia lihat. Saya kadang kehabisan kalimat untuk menjawab pertanyaannya. Dia juga sudah sangat pandai menggunakan logikanya, misalnya tiba-tiba mengambil bangku jika mau mengambil benda tinggi, atau ambil sapu kalau mau mengambil mainan di kolong kursi (udah ga bisa dikibulin emaknya wkwkwk…) dan sudah paham sebab akibat.
c. Daya Tahan (Endurance)
Ketika dia sedang mengerjakan hal yang dia suka, dia cukup punya ketahanan untuk menyelesaikannya. Bahkan dia bisa menahan ngantuk demi mengerjakan hal yang dia sukai.
d. Sudah bisa mengambil keputusan
Setiap harinya, dia akan memilih memakai baju apa dan mengutarakan apa yang mau dia lakukan, apa yang mau dia makan dan sebagainya. Ketika dia tidak akan suatu hal, dia sudah mampu mengomunikasikannya dan menolak.
e. Konsisten
Ketika dia susah memutuskan sesuatu, dia akan konsisten akan pilihannya.

Q: Lihatlah diri anda, silakan cari kekuatan potensi diri anda. kemudian tengok kembali anak dan suami, silakan baca kehendak Allah, mengapa anda dihadirkan di tengah-tengah keluarga seperti ini dengan bekal kekuatan potensi yg anda miliki.
A: 
a. Kreatif
Ini lumayan jadi modal untuk bertahan selama 3 tahun ini beraktivitas bersama anak di rumah. Karena tiap hari kudu mikir mau main atau kasih aktivitas buat anak.
b. Keinginan yang besar untuk terus belajar
c. Berhati lembut

Kadang ini agak cengeng juga sih. Hehe… tapi buat saya kelembutan hati ini yang membuat saya selalu mencoba sebaik mungkin memperlakukan orang lain dan tidak melukai hatinya.
d. Persisten
Biasanya jika punya suatu keinginan atau cita-cita, saya akan memperjuangkannya dengan gigih.
Everything happens for a reason. Saya percaya dengan quote itu, termasuk juga atas kehendak Allah menghadirkan saya dalam keluarga kecil ini. Sejak awal, saya dan suami punya cukup banyak perbedaan, dari kondisi keluarga, cara kami dididik, cara kami berinteraksi dengan keluarga, termasuk fakta kalau dia anak pertama yang sangat independen dan tegas sementara saya anak bungsu yang dependen dan manja. Saya merasa kami bertolak belakang dalam segala hal tapi saling melengkapi. Suami banyak mengajarkan saya untuk lebih tangguh dan berani mengambil keputusan sementara saya banyak mengingatkan dia untuk lebih fleksibel. Buat kami hadirnya Gaza ditengah-tengah membuat banyak perbedaan itu menjadi kekuatan untuk membangun karakter dan mendidik Gaza.


Q: Lihat lingkungan dimana anda tinggal saat ini, tantangan apa saja yang ada di depan anda? adakah anda menangkap maksud Allah, mengapa keluarga anda dihadirkan disini?
A: Kami tinggal perumahan baru di Depok, di mana mayoritas diisi keluarga baru yang jarang di rumah. Kondisi keluarga kami juga agak unik karena kami cukup sering bepergian. Suami bekerja di offshore 3 minggu dan libur di rumah 3 minggu. Jika suami di offshore, saya dan anak hanya berdua sehingga biasanya orang tua kami datang untuk menemani atau kami pulang ke rumah orang tua di Cirebon sampai suami datang. Saat suami libur, biasanya kami berlibur bersama, atau menemani suami ke kantor pusat di Jakarta (menginap di hotel), atau kadang juga pulang kampong ke Cirebon. Jadi tantangan terbesarnya adalah kehidupan berpindah ini membuat saya kesulitan untuk terikat dengan aktivitas di rumah kami di Depok, Gaza pun jarang main bersama teman-teman seusianya sehingga lebih banyak menghabiskan waktu bersama saya di rumah. Kadang hal ini menimbulkan rasa bosan dan kehabisan ide bermain. Hehe…
Gaza pun lebih dekat dengan saya dibanding ayahnya karena sang ayah jarang di rumah (hiks… padahal emaknya mau libur mandiin sama nyuapin kalo ada bapaknya, tapi anaknya gamau).
Tapi syukurnya saya jadi bisa bermain bersama anak setiap hari, selain itu ada orang tua yang selalu mau menemani di saat suami di offshore dan yang paling menyenangkan adalah kami selalu bisa berlibur lebih sering, lebih lama dan pastinya pas low season jadi sepi dan lebih murah.

Comments